Pesan & Nasehat KH Hasan Abdullah Sahal
(Pimpinan Ponpes Moderen Gontor- Ketika Pelantikan IKPM Babel)
1. Dalam hidup, keselarasan antara perkataan dan perbuatan adalah sebuah keniscayaan dan keharusan. Bukankah hal-hal baru yg kita dapatkan adalah hasil dari perbuatan, bukan hanya perkataan. Bukankah yg dimaksud ‘Uswatun Hasanah’ (teladan yg baik) itu berarti ‘menjadi’ bukan sekedar ‘memberi contoh’.
2. Campakkan kertas ijazahmu kalau hanya menjadi penyakit CARI KERJA…!
3. Banyak orang bertitel tanpa kualitas, banyak orang berkualitas tanpa titel.
4. Apa yang tidak bisa kita pelajari ??? Kita semuanya tinggal pada planet yang sama!.
5. Jangan terkecoh dengan kesombongan kita. Janganlah menjadi manusia yang sombong, hanya karena memiliki satu mata di antara manusia-manusia buta.
6. Siapapun pimpinannya kelak, jiwa dan cita-cita pondok harus tetap berdiri tegak.
7. Melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat adalah kekosongan alias pengangguran.
8. Kita hidup untuk bermanfaat bukan memanfaatkan, apalagi dimanfaatkan.
9. Kalau setelah keluar kalian mengabdi (menyembah) pada kyai, saya akan anggap kalian tidak pernah jadi santri saya.
10. Kyai Haji tidak pernah jadi Nabi, Kyai Haji juga bukan manusia suci.
11. Kalau kamu hidup tidak lebih baik dari saya, maka lebih baik kamu tidak usah lahir, dan saya gak usah mati, nambah jatah beras saja.
12. Pejabat dahulu (Yusuf AS) dari penjara menuju istana, pejabat sekarang (koruptor) dari istana menuju penjara.
13. Kita punya gudang, tapi karena kita tidak membukanya maka kita lupa apa yang kita punya.
14. Carilah, ikuti, temukan dan kerjakan kebenaran, kamu akan menemukan orang-orang yang benar.
15. Banyak orang berfikir bagaimana hidup yang baik, tetapi mereka lupa berfikir bagaimana mati yang baik.
16. Modern itu watak. Kalau sistemnya kuno, orangnya modern, gak masuk. Dan begitu juga sebaliknya, dan seterusnya.
17. Jangan sampai kamu terkecoh dengan ilmumu, Banyak orang pinter yang sombong dengan keilmuannya.
18. Bercerminlah dengan cermin yang banyak, agar kamu tidak sombong ataupun rendah hati.
19. Masinis bisa berubah, tapi rel tidak boleh berubah.
20.Kamu boleh membaca raport seseorang sesukamu, tapi jangan sampai kamu membacakan raport orang ke orang lain.
21. Bukan hanya haji yang mabrur, perdagangan juga harus mabrur. Pernikahan juga harus mabrur.
22. Masalah kebangsaan, kita berbicara kemanusiaan. Karena tidak ada manusia yang tak mempunyai bangsa.
23. Kaya itu penting, tapi jangan yang penting kaya; yang penting kaya bisa menghalalkan segala cara. Maka kalau bisa orang itu kaya dan sehat. Sehat itu penting, karena maksiat saja perlu sehat, apalagi ketaatan dan kebaikan perlu kesehatan. Berusalah jadi orang kuat.
24. Hidup itu nikmat dan indah, maka nikmatilah keindahan hidup itu. Yang membuat tidak nikmat itu manusianya. Allah sudah menjadikan semuanya indah di dunia ini. “Dialah yang membuat indah segala sesuatu yang Dia ciptakan”. (Qs. 32: 7).
25. Guru bukan sekedar mengajar ilmu, tapi juga mengajar kehidupan. Kyai yang benar itu ada di pondok 24 jam, 7 hari seminggu, 31 hari sebulan, dst.
26. Pesantren tidak boleh jadi sambilan, mendidik dan mengajar tidak boleh hanya sambilan. Harus totalitas; tenaga, pikiran, hati dan keikhlasan.
27. Kita syukuri kenikmatan ini, dan kita nikmati kesyukuran ini. Jangan sampai kenikmatan kita disyukuri orang lain, atau kesyukuran kita orang lain yang menikmati.
28. Memberi sedekah saat sulit itu bagus, mulia. Memberi sedekah saat lapang itu biasa. Ingat hadist Rasul: “juhdul muqill”, kerja kerasnya orang yang serba terbatas; maka keterbatasan diri tidak boleh membuat orang tidak berbuat kebaikan.
29. Jangan sampai jadi manusia yang tidak punya prestasi. Berprestasilah, dan harus punya unggulan. Berprestasilah dalam kebaikan, kemakrufan dan kebenaran.
30. Dalam berjuang dan berjihad, jang berpikir dapat APA, BERAPA, itu sampah-sampah perjuangan.
31. Tiap orang punya aib, tiap lembaga punya kekurangan. Boleh membaca aib orang, tapi jangan membacakannya. Bedakan antara MEMBACA dan MEMBACAKAN. Suasana sekaran ini semrawut, karena saling membacakan aib orang lain.
32. Ulama yang mempertahankan diri dan meninggalkan persatuan umat, menjauhi ukhuwah islamiyah, tidak usah diikuti, itu ulama palsu. Umat ditinggalkan ulama itu pahit, tapi lebih pahit lagi kalau ulama ditinggalkan umat.
No comments:
Post a Comment