Manusia hidup di
dunia ini sebenarnya memiliki dua makna. Dua makna hidup tersebut sebenarnya
juga merupakan janji seorang manusia kepada sang Khalik sebelum manusia
dilahirkan ke dunia ini. Dua makna hidup itu sendiri juga merupakan perintah Tuhan yang harus
dijalankan selama hidup di dunia. Apakah dua makna hidup itu?
Masyarakat Jawa mengenal dua makna hidup tersebut yaitu tansah eling manembah marang Gusti Allah (ini adalah istilah
hakikat dari diciptakannya manusia) lan apik
marang sak padan-padaning urip (dan hal inilah yang selanjutnya disebut Syari’at). Makna hidup yang dikenal oleh masyarakat Jawa tersebut
juga dikenal dalam ajaran Islam dengan istilah Hablum Minnallah (senantiasa
berhubungan dengan Allah) dan Hablum Minan Naas (berbuat baik pada sesama
umat).
Dua makna kehidupan tersebut harus
senantiasa kita ingat. Pasalnya, jika kita tidak ingat terhadap dua makna hidup
tersebut, maka kita akan terkena bencana karena ulah kita sendiri. Misalkan,
kita tidak berbuat baik terhadap sesama manusia, maka secara langsung maupun
tidak langsung, kita tidak akan disenangi manusia lainnya yang ada di sekitar
kita. Itu masih masalah hubungan denganmanusia. Nah, kalau hubungan dengan
Tuhan malah harus lebih baik lagi. Jika dimusuhi manusia, kita masih bisa berlagak sombong dengan
mengatakan tak butuh bantuan dari si fulan yang memusuhi kita, tetapi kalau
dimusuhi oleh Gusti Allah, kepada siapa kita berlindung dan meminta pengayoman
hidup?
Dua hakekat kehidupan itulah yang harus kita pegang dalam
hidup ini. Oleh karenaitu, mari kita hayati dua makna hidup itu sebelum melangkah pada penyembahan Gusti Allah
yang maha sempurna. Itu sebagai bukti bahwa kita telah menjalankan apayang
diperintahkan Gusti Allah kang MahaAdil untuk merengkuh CintaNYA.
Dalam sebuah pendapat lain ada yang mengatkan bahwa
syariat dan hakikat adalah dua hal yangtidak terpisahkan, masing masing memiliki
perbedaan yang amat dalam namun harus seimbang antara satu dengan yang lain.
Syariat tanpa hakikat bagaikan makhluk yang tak bernyawa,
syari’at tanpa hakikat adalah sia-sia dan sebaliknya hakikat tanpa syari’at
adalah buta.Keseimbangan menjaga dua hal tersebut merupakan syarat membawa
amanat Allah SWT menuju rohmatan lil ‘alamin Pengejawantahan makna tersebut
diatas adalah aplikasi dari Syari’at Islam dan Hakikat Islam.(wallahua’lam bishshowab)
Posted by 21:43 and have
0
komentar
, Published at
No comments:
Post a Comment