ISLAM NUSANTARA - NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Cari Disini

SALAAMUN QOULAN MIN ROBBIRROHIIM
Perseteruan panjang ummat islam sejak wafatnya Rosululloh SAW seakan tiada habisnya, saling mengkalim ahlus sunnah wal jama'ah, dengan memproklamirkan kebenaran keyakinannya, apa sebenarnya makna kebenaran itu, dimana kebenaran itu berada, milik siapa kebenaran itu sebenarnya?dan bagaimana kita mengetahui kebenaran itu sendiri?Mengapa Rosululloh SAW sangat menghormati agama lain?Dimanakah Kebenaran Islam?Agama islam sebagai panutan atau Agama islam anutan (yang dianut)?sebuah perbedaan tipis yang menjerumuskan Ummat.......
SELAMAT DATANG di PADEPOKAN WAHYU PAMUNGKAS

Bab 40 Awal Perdebatan

Bab 40 Awal Perdebatan

Bab 40
Awal Perdebatan



Nawawi, semua akan dijelaskan oleh adikmu Baidlowi dengarkan dan ikuti apa yg disampaikan, aku pergi dulu." Potong Pak Tua dan lenyap seketika dr pandangan mata.
Kyai Nawawi pun hanya menghela nafas dg kecewa.
Benar saja, sesaat kemudian terdengan suara dokar dan tapak kaki kuda dari kejauhan beriringan dengan suara binatang malam.
"Assalamualaikum Kakang, bagaimana kabarmu hari ini?" Teriak sebuah suara dr halaman sambil terdengar suara kaki melangkah.
"Wa alaikumsalam Dimas Baidlowi, aq baik baik saja, bagaimana kabarmu?" Tanya Kyai Nawawi dg wajah agak masam menahan kecewa, hal ini terlihat dr raut wajahnya.
Benar, Sang Kyai Nambangan yg datang ditengah malam buta, meski suaranya sangat keras terdengar oleh Kyai Nawawi, namun anehnya tidak ada satupun santri Mindi yg bangun atau mendengarnya. Hal ini karena sejak sebelum hadirnya Pak Tua, Kyai Nawawi telah memasang sgel pelindung dengan Asma' kurung, sehingga jikalau ada sekeras suata bom meledak didekat lingkaran segel pembatas asma' kurung, tidak akan saling mempengaruhi satu sama lain, bahkan tidak akan terlihat atau teedengar, begitu kuatnya segel asma' kurung Kyai Nawawi.

"Duduk dulu Dimas Baidlowi, ada yang ingin aq katakan, ini kopimu masih hangat, sejak td telah dibuatkan oleh Parwoto." Kata Kyai Nawawi sambil  mempersilahkan.
"Terima kasih kakang." jawab Kyai Nambangan mata berbinar menahan kegembiraan dihatinya.
Namun seolah tahu apa yg terjadi, Kyai Nambanganpun bertanya, "Ada apa denganmu Kakang?, aku lihat wajahmu terlihat kusam, sepertinya ada yg kamu gelisahkan." Tanya Kyai Nambangan sambil nyeruput kopinya dan mulai melinting tembakau yg dikeluarkan dr sabuk othoknya.

Sedikit mendesah, Kyai Nawawipun menjawab, "Baru saja Pak Tua datang dan menjelaskan padaku tentang tugas kita selanjutnya, namun Guru Kyai memiliki aturannya sendiri,  tidak bisa membawa kita berdua sekaligus dalam melanjutkan tugas ini, salah satu diantara kita harus ada yg mengalah, siapa yang pertama dan siapa yang kedua. Karena Guru Kyai sendiri yang datang padaku dan mengajakku langsung, aku harap kamu sedikit mengalah padaku dan membiarkanku berangkat duluan." Panjang lebar kegelisahan Kyai Nawawi diungkapkan kepada adiknya.
Namun suatu hal tak terduga harus dihadapi dan dilihat oleh Kyai Nawawi, dengan tegas Sang Kyai Nambangan menyela, " TIDAK BISA KAKANG KYAI, AKU YANG BERANGKAT TERLEBIH DAHULU." Datar namun tegas dan agak sedikit kasar terlihat dr jawaban Kyai Nambangan. Kalimat KAKANG KYAI yang disebut oleh Kyai Nambangan merupakan gabungan antara gelar dan rasa hormat sebagai adik, namun jika digabungkan akan menjadi sebuah panggilan formal seperti Masyarakat biasa atau santri atau orang lain, pangilan itu justru terdengar seperti memanggil orang lain.
" Apa maksudmu Dimas? Mengapa kamu tidak memberiku rasa hormat sebagai kakang masmu agar aku diajak Guru Kyai menghadapNya untuk mendapatkan tugas berikutnya?" Tanya Kyai Nawawi gusar.
" Tidak Kakang, aku tetap hormat kepadamu, namun aku tidak akan mau mengalah demi untuk menghadapNya untuk menerima tugas berikutnya, jujur saja Kakang, aku tidak lagi mampu memendam rasa rinduku untuk menatap WajahNya, meski tugas berikutnya lebih berat, aku tetap rela asal diijinkan menatap wajahNya meski sesaat." Jawab Sang Kyai Nambangan tegas.
Namun, tak diduga hal ini malah menyulut kemarahan Kyai Nawawi sehingga adu mulutpun tidak lagi dapat terhindarkan hingga menjelang subuh.
Sayup sayup terdengar suara adzan terdengar dr masjid Mindi seolah meredam suasana emosi hati keduanya.
"Kakang, aku mau wudhu dulu, sudah subuh." Lirih suara Sang Kyai Nambangan terucap sambil berdiri dan pergi ke sumuran untuk mengambil wudhu.
Kyai Nawawipun mengangguk Sambil berdiri mengikuti adiknya, jelas terlihat rasa kecewa diwajahnya karena adik kesanyangannya tidak mau mengalah untuk mendapatkan tiket pertama menghadap Sang Pencipta. Sambil bergumam Kyai Nawawi berkata dalam hatinya, " Sepertinya perdebatan ini akan panjang."

(Bersambung)




Bagikan artikel ini jika bermanfaat melalui: Facebook Twitter Google+
Posted by Mohammad Al Akbar, Published at 05:36 and have 0 komentar

No comments:

Post a Comment