ISLAM NUSANTARA - NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Cari Disini

SALAAMUN QOULAN MIN ROBBIRROHIIM
Perseteruan panjang ummat islam sejak wafatnya Rosululloh SAW seakan tiada habisnya, saling mengkalim ahlus sunnah wal jama'ah, dengan memproklamirkan kebenaran keyakinannya, apa sebenarnya makna kebenaran itu, dimana kebenaran itu berada, milik siapa kebenaran itu sebenarnya?dan bagaimana kita mengetahui kebenaran itu sendiri?Mengapa Rosululloh SAW sangat menghormati agama lain?Dimanakah Kebenaran Islam?Agama islam sebagai panutan atau Agama islam anutan (yang dianut)?sebuah perbedaan tipis yang menjerumuskan Ummat.......
SELAMAT DATANG di PADEPOKAN WAHYU PAMUNGKAS

Ridho Allah Pada Ridho Orang Tua

Ridho Allah Pada Ridho Orang Tua

KISAH NYATA INSPIRATIF TENTANG
Ridho Allah Pada Ridho Orang Tua

"Ridho Allah tergantung kpd keridhoan orang tua & murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua"
(HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)

Sahabat....
Ada satu kisah yg sangat BERHARGA, diceritakan seorang trainer Kubik Leadership yg bernama Jamil Azzaini di kantor Bea dan Cukai Tipe A Bekasi sekitar akhir tahun 2005. Dalam berceramah agama, beliau menceritakan satu kisah dgn sangat APIK dan membuat air mata pendengar berurai. Berikut ini adalah kisahnya:

Pada akhir tahun 2003, istri saya selama 11 malam tidak bisa tidur. Saya sudah berusaha membantu agar istri saya bisa tidur, dengan membelai, diusap-usap, masih susah tidur juga. Sungguh cobaan yg sangat berat.

Akhirnya saya membawa istri saya ke RS Citra Insani yg kebetulan dekat dengan rumah saya. Sudah 3 hari diperiksa tapi dokter tidak menemukan penyakit istri saya. Kemudian saya pindahkan istri saya ke RS Azra, Bogor.

Selama berada di RS Azra, istri saya badannya panas dan selalu kehausan sehingga setiap malam minum 3 galon air Aqua. Setelah dirawat 3 bulan di RS Azra, penyakit istri saya belum juga diketahui penyakitnya.

Akhirnya saya putuskan untuk pindah ke RS Harapan Mereka di Jakarta dan langsung di rawat di ruang ICU. Satu malam berada di ruang ICU pada waktu itu senilai Rp 2,5 juta. Badan istri saya –maaf- tidak memakai sehelai pakaian pun. Dengan ditutupi kain, badan istri saya penuh dgn kabel yg disambungkan ke monitor utk mengetahui keadaan istri saya. Selama 3 minggu penyakit istri saya belum bisa teridentifikasi, tdk diketahui penyakit apa sebenarnya.

Kemudian pada minggu ke-tiga, seorg dokter yg menangani istri saya menemui saya & bertanya,

“Pak Jamil, kami minta izin kpd pak Jamil untuk mengganti obat istri bapak.”

“Dok, kenapa hari ini dokter minta izin kpd saya, padahal setiap hari saya memang gonta-ganti mencari obat untuk istri saya, lalu kenapa hari ini dokter minta izin ?”

“Ini beda pak Jamil. Obatnya lebih mahal dan obat ini nantinya disuntikkan ke istri bapak.”

“Berapa harganya dok?”

“Obat untuk satu kali suntik 12 juta pak.”

“Satu hari berapa kali suntik dok?”

“Sehari 3 kali suntik.”

“Berarti sehari 36 juta dok?”

“Iya pak Jamil.”

“Dok, 36 juta bagi saya itu besar sedangkan tabungan saya sekarang hampir habis utk menyembuhkan istri saya. Tolong dok, periksa istri saya sekali lagi. Tolong temukan penyakit istri saya dok.”

“Pak Jamil, kami juga sudah berusaha namun kami belum menemukan penyakit istri bapak. Kami sudah mendatangkan perlengkapan dari RS Cipto dan banyak laboratorium namun penyakit istri bapak tdk ketahuan.”

“Tolong dok…., coba dokter periksa sekali lagi. Dokter yg memeriksa dan saya akan berdoa kpd Rabb saya. Tolong dok dicari”

“Pak Jamil, janji ya kalau setelah pemeriksaan ini kami tdk juga menemukan penyakit istri bapak, maka dgn terpaksa kami akan mengganti obatnya.” Kemudian dokter memeriksa lagi.

“Iya dok.”

Setelah itu saya pergi ke mushola untuk shalat dhuha dua raka’at. Selesai shalat dhuha, saya berdoa dgn menengadahkan tangan memohon kpd Allah, -setelah memuji Allah dan bershalawat kpd Rasululloh,

“Ya Allah, ya Tuhanku….., gerangan maksiat apa yg aku lakukan. Gerangan energi negatif apa yg aku lakukan sehingga engkau menguji aku dgn penyakit istriku yg tak kunjung sembuh. Ya Allah, aku sudah lelah. Tunjukkanlah kepadaku ya Allah, gerangan energi negatif apakah yg aku lakukan sehingga istriku sakit tak kunjung sembuh ? sembuhkanlah istriku ya Allah. Bagimu amat mudah menyembuhkan penyakit istriku semudah Engkau mengatur Milyaran planet di muka bumi ini ya Allah.”

Kemudian secara tiba-tiba ketika saya berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa yg pernah aku lakukan? Gerangan energi negatif apa yg aku lakukan sehingga aku diuji dgn penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya teringat kejadian berpuluh-puluh tahun yg lalu, yaitu ketika saya mengambil uang ibu sebanyak Rp150,-.

Dulu, ketika kelas 6 SD, SPP saya menunggak 3 bulan. Pada waktu itu SPP bulanannya adalah Rp 25,-. Setiap pagi wali kelas memanggil dan menanyakan saya, “JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ? JaMil, kapan membayar SPP ?” Malu saya. Dan ketika waktu istrirahat saya pulang dari sekolah, saya menemukan ada uang Rp150,- di bawah bantal ibu saya. Saya mengambilnya. Rp75,- untuk membayar SPP dan Rp75,- saya gunakan untuk jajan.

Saya kemudian bertanya, kenapa ketika berdoa, “Ya Allah, gerangan maksiat apa? Gerangan energi negatif apa yg aku lakukan sehingga penyakit istriku tak kunjung sembuh?” saya diingatkan dgn kejadian kelas 6 SD dulu ketika saya mengambil uang ibu.

Padahal saya hampir tidak lagi mengingatnya ??. Maka saya berkesimpulan mungkin ini petunjuk dari Allah. Mungkin inilah yg menyebabkan istri saya sakit tak kunjung sembuh & tabungan saya hampir habis. Setelah itu saya menelpon ibu saya,

“Assalamu’alaikum Ma…”

“Wa’alaikumus salam Mil….” Jawab ibu saya.

“Bagaimana kabarnya Ma ?”

“Ibu baik-baik saja Mil.”

“Trus, bagaimana kabarnya anak-anak Ma ?”

“Mil, mama jauh-jauh dari Lampung ke Bogor untuk menjaga anak-anakmu. Sudah kamu tidak usah memikirkan anak-anakmu, kamu cukup memikirkan istrimu saja. Bagaimana kabar istrimu Mil, bagaimana kabar Ria nak ?” –dgn suara terbata-bata dan menahan sesenggukan isak tangisnya-.

“Belum sembuh Ma.”

“Yang sabar ya Mil.”

Setelah lama berbincang sana-sini –dgn menyeka butiran air mata yang keluar-, saya bertanya, “Ma…, Mama masih ingat kejadian beberapa tahun yg lalu ?”

“Yang mana Mil ?”

“Kejadian ketika Mama kehilangan uang Rp150,- yang tersimpan di bawah bantal ?”

Kemudian di balik ujung telepon yang nun jauh di sana, Mama berteriak, (ini yg membuat bulu roma saya merinding setiap kali mengingatnya)

“Mil, sampai Mama meninggal, Mama tidak akan melupakannya.” (suara mama semakin pilu dan menyayat hati),

“Gara-gara uang itu hilang, mama dicaci-maki di depan banyak orang. Gara-gara uang itu hilang mama dihina dan direndahkan di depan banyak orang. Pada waktu itu mama punya hutang sama orang kaya di kampung kita Mil. Uang itu sudah siap dan mama simpan di bawah bantal namun ketika mama pulang, uang itu sudah tidak ada.

Mama memberanikan diri mendatangi orang kaya itu & memohon maaf karena uang yg sudah mama siapkan hilang. Mendengar alasan mama, orang itu merendahkan mama Mil.

Orang itu mencaci-maki mama Mil. Orang itu menghina mama Mil, padahal di situ banyak orang. ...rasanya Mil. Mamamu direndahkan di depan banyak org padahal bapakmu pada waktu itu guru ngaji di kampung kita Mil tetapi mama dihinakan di depan banyak org. SAKIT.... SAKIT... SAKIT rasanya.”

Dengan suara sedu sedan setelah membayangkan & mendengar penderitaan & sakit hati yg dialami mama pada waktu itu, saya bertanya, “Mama tahu siapa yg mengambil uang itu ?”

“Tidak tahu Mil…Mama tidak tahu.”

Maka dgn mengakui semua kesalahan, saya menjawab dgn suara serak,

“Ma, yg mengambil uang itu saya Ma….., maka melalui telpon ini saya memohon keikhlasan Mama. Ma, tolong maafkan Jamil Ma…., Jamil berjanji nanti kalau bertemu sama Mama, Jamil akan sungkem sama mama. Maafkan saya Ma, maafkan saya….”

Kembali terdengar suara jeritan dari ujung telephon sana,
“Astaghfirullahal ‘Azhim…Astaghfirullahal ‘Azhim… Astaghfirullahal ‘Azhim…
Ya Allah ya Tuhanku, aku maafkan org yg mengambil uangku krn ia adalah putraku. Maafkanlah dia ya Allah, ridhailah dia ya Rahman, ampunilah dia ya Allah.”

“Ma, benar mama sudah memaafkan saya ?”

“Mil, bukan kamu yg harus meminta maaf. Mama yg seharusnya minta maaf sama kamu Mil krn terlalu lama mama memendam dendam ini. Mama tdk tahu kalau yg mengambil uang itu adalah kamu Mil.”

“Ma, tolong maafkan saya Ma. Maafkan saya Ma?”

“Mil, sudah lupakan semuanya. Semua kesalahanmu telah saya maafkan, termasuk mengambil uang itu.”

“Ma, tolong iringi dgn doa untuk istri saya Ma agar cepat sembuh.”

“Ya Allah, ya Tuhanku….pada hari ini aku telah memaafkan kesalahan org yg mengambil uangku krn ia adalah putraku. Dan juga semua kesalahan-kesalahannya yg lain. Ya Allah, sembuhkanlah penyakit menantu & istri putraku ya Allah.”

Setelah itu, saya tutup telepon dgn mengucapkan terima kasih kpd mama. Dan itu selesai pada pukul 10.00 wib & pada pukul 11.45 wib seorg dokter mendatangi saya sembari berkata,

“Selamat pak Jamil. Penyakit istri bapak sudah ketahuan.”

“Apa dok?”

“Infeksi prankreas.”

Saya terus memeluk dokter tsb dgn berlinang air mata kebahagiaan, “Terima kasih dokter, terima kasih dokter. Terima kasih, terima kasih dok.”

Selesai memeluk, dokter itu berkata, “Pak Jamil, kalau boleh jujur, sebenarnya pemeriksaan yg kami lakukan sama dgn sebelumnya. Namun pada hari ini terjadi keajaiban, istri bapak terkena infeksi prankreas. Dan kami meminta izin kpd pak Jamil utk mengoperasi cesar istri bapak terlebih dahulu mengeluarkan janin yg sudah berusia 8 bulan. Setelah itu baru kita operasi agar lebih mudah.”

Setelah selesai & saya pastikan istri & anak saya selamat, saya kembali ke Bogor untuk sungkem kpd mama bersimpuh meminta maaf kepadanya, “Terima kasih Ma, terima kasih Ma.”

Namun, itulah hebatnya seorang ibu. Saya yg bersalah namun justru mama yg meminta maaf. “Bukan kamu yg harus meminta maaf Mil, Mama yg seharusnya minta maaf.”

Sahabat...
Sungguh benar sabda Rasulullaah:
"Ridho Allah tergantung kpd keridhoan orang tua & murka Allah tergantung kpd kemurkaan orang tua" (HR Bukhori, Ibnu Hibban, Tirmidzi, Hakim)

"Ada tiga org yg tdk ditolak doa mereka: org yg berpuasa sampai dia berbuka, seorg penguasa yg adil & doa org yg teraniaya. Doa mereka diangkat Allah ke atas awan & dibukakan baginya pintu langit & Allah bertitah, 'Demi keperkasaan-Ku, Aku akan memenangkanmu (menolongmu) meskipun tidak segera." (HR. Attirmidzi)




Bagikan artikel ini jika bermanfaat melalui: Facebook Twitter Google+
Posted by Mohammad Al Akbar, Published at 16:12 and have 0 komentar

No comments:

Post a Comment